Beberapa hari sebelum aku menuju masa depan ku, dia memberi ku sepucuk surat itu. Berisikan baris puisi, baris puisi sederhana tetapi menyentuh sampai ke hati. semula semakin hancur dan tak ingin ku pergi, tapi apa daya ku. Bukan aku yang memilih jalan ini, dan sesungguhnya aku tak memimpikan ini.
Dan tibalah hari itu, hari yang tak ku nantikan. Hari itu seakan hari terakhir dalam hidupku. Tapi teman dan orang orang yang ku cintai mendorong ku untuk hidup sekali lagi. Dia hadir ketika hari itu, aku tak dapat membendung air mata. Dan akhirnya aku menangis.
Dia kecewa, dia tak ingin melihat ku menangis. Lalu aku bungkam seribu bahasa dan pergi.
Aku menyesal meninggalkannya, aku lari memutari gedung sekolah yang tampaknya sudah menjadi tempat ku membangun cerita. Aku tak menemukannya dan tangis menggelegar untuk sekian kalinya.
BERSAMBUNG ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar