Foto saya
I'am never perfect. J'aime mes amis.

Sabtu, 01 Mei 2010

Ketika Hati Gugur II

Siang itu, langit pun seakan mengerti apa yang sedang ku rasa. Mereka berjalan di sana dengan selimut hitamnya. Aku menggigil, bukan karena suhu cuaca saat itu, tapi karena perasaan ku yang mendung. Aku ingin terjatuh, tapi seorang teman ku telah memapah ku agar tubuh ini tetap kuat. Teman-teman dari anggota Pramuka pun telah siap melambaikan salam perpisahan, tapi bibir ini kaku, membisu dalam kehilangan yang mendalam. Ku peluk mereka, dan berharap waktu menjadi milikku, tapi ketika itu waktu adalah musuh bagi ku. Ingin ku bunuh waktu yang ku punya, agar ku dapat terus berada di samping mereka tanpa ada batasan waktu. Dan sampai akhirnya, pelatih kami berkata ''mungkin waktu yang Chacha punya sudah habis, dia harus segera berangkat''. Dan aku pun hanya dapat berkata "iya kak Jun, makasih banyak atas dukungannya selama ini. Dan untuk semuanya aku pasti kembali. Kita akan sukses bersama, walaupun di tempat yang berbeda. Suka dan duka telah kita alami bersama, dan cinta persaudaraan kita tidak akan berlaku pada jarak yang terbentang ...''.
Aku tak dapat melanjutkan kalimat dan aku menyerah. Semua sudah selesai. Aku merasa telah membuat teman-teman yang ku cintai menangis, terutama anggota geng CHACHINK. kami bersahabat sejak masuk di bangku SMP, dan kami memproklamirkannya sebagai geng CHACHINK yang terdiri dari Chacha, Chici, Inka, dan Kiki.
Chichi adalah seorang gadis berambut keriting dan memiliki senyum yang manis, tetapi ketika dia memanggil nama seseorang atau menjerit, semua kaca di sekitarnya berkemungkinan pecah jika dia melakukan hal itu lebih dari sekali, namun itu lah uniknya.
Inka memiliki tubuh yang paling tinggi. Pandai bergaul dan humoris. Tapi dia paling mudah menangis. Dan dialah yang pertama menangis ketika aku akan beranjak pergi.
Dan Kiki adalah gadis yang paling memiliki kelebihan di antara fisik, dan menarik. Namun kami bersahabat bukan karena fisik atau kemampuan yang kami miliki. Tapi kami memiliki kasih sayang dalam persahabatan. Aku sangat mengenal Kiki, dia tak mudah menangis. Sampai satu hari sebelum aku pergi kita membuat janji ''Ki, gue mohon jangan nangis kalau gue pergi besok. gue tau lo yang paling kuat''. Kiki pun menjawabnya dengan penuh keyakinan, membuat sebagian semangat ku kembali ''tenang cuy gue nggak akan nangis kok, gue usahakan''.
Tetapi ku lihat Kiki pun berdusta, dia menangis. Setitik air mata jatuh dari mata coklatnya yang indah.
Dan aku pergi, semua telah melambaikan tangan. Aku masih melirik satu kelas yang tersudut di lantai dua. Di sana masih ada sebuah cerita yang takkan pernah terlupa. Di mana aku menjadi seorang ketua kelas yang tidak pernah sempurna. Tapi di sanalah aku merangkai sejuta memori. Kelas VIII.1, kelas unggulan, kelas berprioitas, kelas yang di dambakan, kelas emas. Adakah ketua kelas dari kelas unggulan suka jalan jalan bersama geng-nya ketika guru sedang tidak di tempat. Sungguh memalukan, tapi kami tahu kami tidak membuat brutal semuanya, kami hanya membuat kenakalan kenakalan wajar. Di dalam kelas pun kami suka menyanyi, terlebih Renita. Gadis ini memiliki kemampuan yang luar biasa. Dan alhasil suasana kelas pun selalu ceria walau selalu di kejar oleh pekerjaan sekolah yang menumpuk.
Mata ku yang telah membengkak beralih pada lapangan sekolah. Di sana ada satu kenangan, kenangan yang sangat menusuk perasaan ku sekaligus menaruh kasih pada teman baik ku, Dhea.
Kami pernah menyukai seorang anak laki laki yang sama, yang adalah cinta pertama ku. Namun pernah menjadi milik Dhea. Kami berbicara dua hati di tengah derasnya hujan yang mengguyur, aku dan Dhea sama sama mengakui bahwa sulit melupakan lelaki itu. Dan kita saling membantu dan berjanji untuk melupakan yang telah lalu.
Akhirnya aku menyadari, aku berdiam tanpa kata terlalu lama. Dan ku melangkah menuju pintu gerbang, aku menarik dua titik di atas sudut bibir ku ke atas dan membentuk sebuah senyuman pada mereka. Selamat tinggal kawan, sampai jumpa lagi. Aku hanya dapat katakan itu semua di hati ku, namun tak sampai terucap dari bibir ku.
''Cha, maaf gue nggak bisa menepati janji'' Kata kiki sebelum aku beranjak ke motor. Sekali lagi aku tersenyum padanya dan pada teman teman ku yang lain, ''nggak apa kok ki, tapi makasih banyak ya''.
Aku pun pergi, lemas dan tak berdaya di atas ojek itu. Aku menangis, menangis dan terus menangis. Hari itu rasanya bola mataku sudah merasa lelah untuk menangis. Mungkin jika mata ku dapat bicara mereka sudah berjerit lelah.
Dan habislah harapan ku untuk memeluknya untuk yang terakhir. Aku takkan pernah menyesali semua itu.

BERSAMBUNG ...

4 komentar:

  1. cah kita udah perpisahan nih. Udah nggak ketemu lo lagi. kpn2 main ke indo ya, jangan kita yang main ke prancis. hehe

    BalasHapus
  2. wes ranggi jangan bilang gitu dong :/ pasti ketemu kok ;) don't worry. Tuhan pasti udah atur, klo masih di kasih umur pasti bisa ketemu :D gue udah liat foto perpisahannya. secara fisik udah pada berubah. ngk nyangka gue pergi udah lama banget :(

    BalasHapus
  3. ichaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa mana terusannya!!!!!buruan gue tunggu

    BalasHapus